1. Isu dan Permasalahan Umum Pengelolaan Energi
Salah satu aspek terpenting
bagi perkembangan pembangunan perindustrian suatu bangsa adalah energi listrik.
Dengan pemanfaatan energi listrik yang tepat, hal tersebut akan menjadi suatu
alat yang efektif untuk merangsang pertumbuhan perekonomian negara (Bayar, 2014) . Berdasarkan alasan
tersebut, dapat dimengerti jika permintaan akan ekspansi pembangkit energi
listrik di negara-negara maju maupun berkembang di seluruh dunia menjadi
semakin bertambah (Ratnata, 2013) . Dalam Executive Summary: Sumber Energi
Alternatif Menuju Ketahanan Energi Nasional oleh Lembaga Ketahanan Nasional
(LEMHANAS) tahun 2006, menyebutkan kebutuhan listrik dunia diproyeksikan akan
bertambah dari 14.275 GW (Giga Watt) di tahun 2002, melonjak menjadi 26.018 GW
di tahun 2025, dan sumber energi listrik tersebut sebagian besar diperoleh dari
batubara (hampir 40%), diikuti dengan gas yang kecenderungannya semakin
meningkat. Sedangkan proyeksi kebutuhan listrik di Indonesia selama kurun waktu
17 Tahun (2003 sampai dengan 2020), diperkirakan akan naik sebesar 7.000 MW
(Mega Watt) Per tahun dari posisi terakhir sebesar 43.457 MW menjadi 70.400 MW
di akhir tahun 2024. (Anonim, 2014) .
Subsidi
energi semakin meningkat dan pada tahun 2011 mencapai Rp
255,6 triliun. Jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap listrik
masih 87,69 juta penduduk. Meskipun masih relatif besar, jumlah tersebut sudah
semakin menurun dari tahun sebelumnya sebesar 159,5 juta penduduk. Keterbatasan
infrastruktur domestik juga menjadi tantangan dan permasalahan dalam memenuhi
kebutuhan energi domestik. Ketergantungan terhadap minyak masih dominan
mencapai 49,7% sementara pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih sekitar
6%, meskipun secara umum regulasi guna mendukung pengembangan EBT sudah
diterbitkan, namun hal tersebut belum mampu untuk mendorong investor untuk
mengusahakan dan mengembangkan EBT. Diharapkan pemanfaatan EBT akan mencapai
17% pada tahun 2025. Pembangunan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa juga menjadi
masalah dalam penyediaan energi terutama listrik, mengingat seabagian besar
sumberdaya energi justru berada di luar pulau Jawa. Akibatnya pusat-pusat beban
di luar Jawa masih relatif kecil dan cenderung memiliki kurva beban yang sangat
berbeda antara beban dasar dan beban puncak. Ditambah dengan belum
terkoneksinya jaringan transmisi di beberapa pulau di luar pulau Jawa, hal ini
mengakibatkan ketersediaan pembangkit listrik skala besar di luar Jawa sulit
untuk dimungkinkan sehingga menyebabkan penggunaan PLTD masih sangat diperlukan
Isu-isu penting dalam pengembangan energi saat ini dapat berasal dari jenis
energi maupun dari sektor penggunanya. Dari jenis energi, bahan bakar untuk
pembangkit listrik menjadi isu penting karena saat ini masih didominasi oleh
penggunaan bahan bakar fosil, yaitu batubara dan bahan bakar minyak (BBM).
Walaupun pangsa penggunaan BBM semakin kecil namun dalam komponen biaya
pembangkitan masih merupakan komponen terbesar.
Sebagai konsekuensi dari
perkembangan sektor industri dimasa mendatang diperlukan penyediaan sumber
energi yang cukup besar. Penggunaan energi alternatif
haruslah dikembangkan di indonesia jika mengingat banyaknya sumber daya yang
berpotensi menjadi sumber pembangkit listrik (Ratnata, 2013) .
Implementasi kebijakan energi meliputi beberapa aspek salah satunya adalah
penggunaan teknologi tepat guna. Teknologi tersebut haruslah : a. Teknologi
yang menghasilkan pengganti minyak, sebagaimana minyak adalah energi yang tidak
terbarukan b. Teknologi yang mendukung penyediaan energi yang berkelanjutan (sustainable energy supply) c. Teknologi
energi yang bersih dan efisien untuk mendukung pelestarian lingkungan. Konsep
penggunaan energi harus mempertimbangkan banyak hal, salah satunya adalah
dampak terhadap lingkungan jika alternatif penggunaan energi tersebut
diterapkan.
Dilema antara kebutuhan akan
energi secara nasional untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan
kekuatiran masyarakat akan potensi bahaya energi
terbarukan membuat keputusan untuk memasuki era energi terbarukan
di Indonesia selalu mendapat tantangan. Pendidikan publik
dan keterbukaan informasi kepada masyarakat sangat dibutuhkan sehingga tujuan
kesejahteraan dan ketentraman masyarakat dapat tercapai. Sehingga,
pada makalah ini akan dibahas kajian terhadap pro
dan kontra penggunaan bahan bakar fosil dan bahan bakar dari
energy terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik,
sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya ditinjau dari aspek
lingkungan.
2.
Pengembangan
dan potensi energy baru dan terbarukan pada pembangkit listrik Indonesia
Pengembangan EBT telah menjadi isu
hangat diperbincangan pembangunan pembangkit listrik. Pasalnya persediaan
energi internal seperti minyak bumi dan batubara yang biasa digunakan sebagai
bahan utama pembangkit listrik, sudah mulai menipis di dunia (Taylor, 2012) . EBT seperti panas
bumi, air, mini/mikro hidro, cahaya matahari, biomassa dan ombak masih kurang
termanfaatkan. Ironisnya jumlah sumber EBT di Indonesia terhitung lebih banyak
dari beberapa negara di dunia.
Beberapa jenis potensi energi
terbarukan di Indonesia antara lain:
a.
Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTPB)
Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas
di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan
jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang
mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan
pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyakbumi. Sumur
tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas
dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air
panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur
injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap. Listrik tenaga
panas bumi adalah listrik yang dihasilkan dari panas bumi. Panas bumi mengalir
secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat
berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser. Berdasarkan data dari
Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral pada tahun 2010, Indonesia
merupakan salah satu negara dengan potensi panas bumi yang cukup besar yaitu ±
29 GW atau setara dengan 40 % potensi panas bumi dunia, namun demikian
pemanfaatannya masih kecil yaitu sebesar 1.189 MW atau setara 4,2% dari potensi
yang ada.
b.
Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Mini/Mikro Hidro
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah suatu sistem
pembangkit listrik yang dapat mengubah potensi air dengan ketinggian dan debit tertentu
menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator (Susatyo dan Subekti (2009).
Akhir-akhir ini negara-negara maju, memperhatikan pembangunan PLTA
berkapasitas kecil sebagai jalan alternatif dalam mengatasi kekurangan energi
listrik. Pembangunan PLTA yang sederhana serta tidak memerlukan biaya bahan
bakar membuat PLTA menjadi pilihan utama. Pembagian PLTA dengan kapasitas kecil
pada umumnya sebagai berikut (Prasetyo dan Pane, 2013):
a. PLTA Mikro < 100 kW
b. PLTA Mini 100 – 999 kW
c. PLTA Kecil 1000-10.000 kW
d. PLTA > 10.000 kW
Energi potensial air karena debit air yang besar dan
gradien sungai yang tinggi, di beberapa tempat, telah dijadikan pembangikit
listrik tenaga air (PLTA). Salah satu PLTA adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH). PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air yang
menghasilkan listrik kurang dari 100 kilowatt (kW) dan dapat dikerjakan oleh
masyarakat secara bergotong royong (Aprianti, 2009).
c.
Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS)
Matahari merupakan salah
satu sumber energi utama di bumi ini. Secara langsung dan tidak langsung energi
matahari menghasilkan sumber energi lainnya (George, 2007) . Secara langsung,
energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik dengan teknologi Fotovoltaik (Taylor, 2012) . Indonesia bebagai negara tropis mempunyai potensi energi surya yang
tinggi dengan radiasi harian rata-rata (insolasi) sebesar 4,5 kWh/m2/hari
(Solarex, 1996). Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif yang murah dan tersedia sepanjang tahun. Disamping itu, kondisi
geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menyebabkan masih banyaknya
daerah terpencil yang belum terjangkau listrik PLN. Oleh karena itu penerapan
teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk memanfaat-kan potensi
energi surya yang tersedia dilokasi-lokasi tersebut merupakan solusi yang tepat. Penerapan teknologi tenaga surya
untuk kebutuhan listrik daerah terpencil dapat dilakukan dengan berbagai macam
sistem pembangkit listrik tenaga surya, seperti pembangkit listrik hybrida
yaitu gabungan antara sumber energi surya dengan sumber energi lainnya, yang
paling umum adalah pengga-bungan energi surya dengan energi mesin diesel atau
sumber energi mikro-hydro. Sistem tenaga surya lainnya adalah “Solar Home System” (SHS), yang terdiri
dari panel modul surya, baterai, alat pengontrol dan lampu, sistem ini dipasang
pada masing-masing rumah dengan modul fotovoltaik dipasang diatas atap rumah.
Sistem ini biasanya mempunyai modul fotovoltaik dengan kapasitas daya 50 Wp
dimana pada radiasi matahari rata-rata harian 4,5 Kwh/m2 akan menghasilkan energi kurang lebih 125 s/d
130 watt-jam (Anonim, 2013)
d.
Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa (PLTBM)
Pembangkit
Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) merupakan salah satu pembangkit listrik yang sedang dikembangkan di
Indonesia dikarenakan sumbernya yang merupakan energi terbarukan. Energi biomassa
potensinya di Indonesia cukup melimpah, energi biomassa ini berasal dari organik atau limbah
produksi sisa limbah organic. Biomassa ini merupakan energi alternatif sebagai
pengganti penggunaan bahan bakar fosil. Biomassa sangat beragam jenisnya yang
pada dasarnya merupakan hasil produksi dari makhluk hidup. Biomassa dapat
berasal dari tanaman perkebunan atau pertanian, hutan, peternakan atau bahkan
sampah. Biomassa (bahan organik) dapat digunakan untuk menyediakan panas,
membuat bahan bakar, dan membangkitkan listrik, hat ini disebut bioenergi..
Energi yang tersimpan itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar utama
pembangkit listrik. Karena sebagian besar biomassa mengandung nilai kalori yang
cukup tinggi. Sehingga dapat di manfaatkan sebagai pengganti energi fosil yang semakin
menipis di Indonesia.
e.
Pembangkit Listrik
Tenaga Angin (PLTA)
Energi angin adalah udara
yang bergerak dikarenakan adanya perbedaan temperatur (akibat panas matahari)
dan tekanan udara. Beberapa daerah mengalami perbedaan temperatur dan tekanan
yang cukup ekstrim sehingga menimbulkan pergerakan udara yang berpotensi untuk
dijadikan sumber energi angin. (Arulmozhivarman, 2013) . Secara umum, pemakaian sumber energi tenaga angin di Indonesia memang
kurang mendapat perhatian. Sampai dengan tahun 2004, kapasitas terpasang dari
pemanfaatan tenaga angin hanya mencapai 0.5 MW dari 9.29 GW potensi yang ada.
Padahal untuk kapasitas pembangkitan listrik tenaga angin di dunia telah
berkembang pesat dengan laju pertumbuhan kumulatif sampai dengan tahun 2004 melebihi
20 persen per tahun. Dari kapasitas hanya terpasang 5 GW pada tahun 1995
menjadi hampir 48 GW pada akhir tahun 2004 tersebar dalam 74,400 turbin angin
di sekitar hanya 60 negara (Daryanto, 2007). Potensi
energi angin di Indonesia telah teridentifikasi di beberapa lokasi terutama di
wilayah Sulsel, Nusa Tenggara dan Maluku.
f.
Pembangkit Listrik
Tenaga Kelautan/Pasang Surut (PLTPS)
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas 1.904.556 km2 yang
terdiri dari; 17.508 pulau, 5,8 juta km2 lautan dan 81.290 juta km panjang
pantai, maka potensi energi laut terutama gelombang laut sangat potensial
sekali untuk dapat diberdayakan sebagai energi primer alternatif baru dan
terbarukan terutama untuk pembangkit tenaga listrik (Zamri dkk., 2014). Di Indonesia, berdasarkan data dari BPPT
banyak terdapat ombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi
energi gelombangnya dapat diteliti lebih jauh. Negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda, banyak menaruh perhatian
pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang
adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi
gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan barat
Pulau Sumatera.
g.
Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTPSA)
Salah satu sumber energi terbarukan (renewable energy)
tersebut adalah sampah. Selama ini sampah selalu dianggap sebagai masalah yang
lazim ditemukan pada wilayah perkotaan. Secara umum tata kelola sampah hanya
memindahkan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat
penampungan akhir (TPA). Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan
solusi alternatif pengolahan sampah menjadi sumber energi. Penerapan teknologi
pengolahan sampah menjadi sumber energi terbarukan membutuhkan perencanaan yang
matang. Perlu dilakukan kajian untuk menentukan layak atau tidaknya
merealisasikan sebuah pembangkit listrik tenaga sampah berdasarkan potensi
sampah yang tersedia
PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan
pembangkit yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah
sebagai bahan utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organic maupun
anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
proses konversi thermal dan proses konversi biologis. Proses Konversi thermal
memanfaatkan teknologi Pirolisis dan Teknologi gasifikasi. Sedangkan proses
konversi biologis adalah dengan Anaerob Digestion dan Landfill gasification (Ikhsan dan Syukriyadin, 2014).
3.
Pro dan kontra pemanfaatan
energi terbarukan
3.1.Pro Pemanfaatan energi terbarukan
Beberapa pendapat dari para
ahli yang setuju terhadap pemanfaatan energi terbarukan didasari dari beberapa
alasan seperti:
a.
Persediaan tak terbatas: -
Berbeda dengan energi konvensional,
energi terbarukan tidak akan pernah habis. Sumber-sumber seperti angin, air dan
matahari dapat memberikan sejumlah besar dan konstan pasokan energi. Di sisi
lain, sumber-sumber non-terbarukan seperti minyak dan gas yang terbatas dan
akan selesai satu hari.
b.
Manfaat lingkungan
Manfaat
utama dari energi terbarukan adalah dari aspek lingkungan. Menggunakan energi
terbarukan akan mengurangi ketergantungan pada sumber bahan bakar fosil.
Sebagai hasil dari itu, gas rumah kaca bersama dengan udara, pencemaran tanah
dan air akan berkurang. Di Alaska, penduduk asli Desa Venetie menggunakan
diesel untuk menghasilkan listrik. Proses pengangkutan diesel ke desa mereka
sulit dan dapat menyebabkan beberapa mantra bahan bakar yang, sebagai
akibatnya, akan menyebabkan polusi tanah. Untuk mencegah itu, Native Village
dari Venetie Pemerintah Tribal (NVVTG) telah memutuskan untuk mendirikan sistem
fotovoltaik sebagai cara alternatif untuk menghasilkan listrik (Tsinnajinnie,
2006)
c.
Kesempatan kerja
Energi terbarukan telah
menciptakan banyak pekerjaan di seluruh dunia. Menurut Badan Energi Terbarukan
Internasional (IRENA), ada hampir 1,4 juta employments di seluruh dunia pada
tahun 2004. Hal ini telah meningkat hingga mencapai 3,5 juta, 2010. IRENA juga
menunjukkan bahwa jumlah terbesar dari pekerjaan energi terbarukan yang
ditemukan di Brazil, India, Jerman, Cina dan Amerika Serikat. Ketiga negara
terbaik dalam pembuatan energi angin yang Denmark, Jerman dan Amerika Serikat.
Selain itu, negara-negara top dalam memanfaatkan sel fotovoltaik adalah Cina
dan Amerika Serikat. Pekerjaan di sektor energi terbarukan bervariasi dari
manufaktur, merancang dan instalasi untuk servis dan pemasaran produk-produk
energi terbarukan. (Wichmann , Julia, and Noor
Ghazal-Aswad, 2012)
3.2.Kontra
pemanfaaran energi terbarukan
Sementara itu, dilain pihak beberapa para ahli
juga memiliki perbedaan persepsi terkait dengan pemanfaatan energi terbarukan
yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a.
Sulit untuk menghasilkan dalam jumlah besar
Salah satu faktor terbesar
dalam pemanfaatan energi terbarukan adalah bahwa EBT belum mampu untuk menghasilkan listrik sebanyak
energi yang berbahan bakar fosil. Statistik menunjukkan bahwa hanya 21% dari listrik di seluruh dunia
dihasilkan oleh energi terbarukan. Membangun fasilitas lainnya dan lebih besar
dari energi terbarukan akan memecahkan masalah ini, tapi itu akan dikenakan
biaya banyak uang yang merugikan lain dari energi terbarukan. (Bush, 2014).
b.
Keandalan pasokan
Setiap jenis sumber terbarukan perlu kondisi sendiri untuk menghasilkan
tenaga. Misalnya, generator hidro membutuhkan air untuk mengisi waduk, turbin angin membutuhkan tenaga yang kuat dan angina yang tidak berhenti
mengalir untuk memutar baling-baling dan sel surya membutuhkan cahaya matahari
yang jelas untuk menghasilkan listrik. Oleh karena itu, beberapa negara tidak
dapat memanfaatkan sumber-sumber terbarukan karena perbedaan iklim di beberapa negara. Contoh
lain dari pasokan ketergantungan adalah tenaga surya membutuhkan lahan yang
luas. Studi yang dilakukan oleh
Bush (2014) menyatakan bahwa kerusakan habitat suatu
vegetasi biasanya terlibat dalam proyek-proyek energi tersebut.
c. Tingginya
biaya investasi
Tiap pembangkit listrik mempunyai
harga energi listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada
biaya pembangunan, perawatan dan biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut. Sebagai contoh, biaya potensial pada energi sampah adalah biaya modal
dan operasional. Salah satu kelemahan utama untuk menyiapkan fasilitas energi
sampah adalah biaya modal yang tinggi. Menurut organisasi penelitian utama di
Waste To Enegy di Amerika Serikat (Limbah-Untuk-Energi Riset dan Teknologi
Council 2012), biaya modal berkisar dari $ 150.000 hingga $ 200.000 per ton, di
Uni Eropa dan Amerika Serikat (Ikhsan dan Syukriyadin, 2014),
4.
Kesimpulan:
Sebagai kesimpulan, para
cendekia dan pakar setuju bahwa energi terbarukan akan
memberikan manfaat besar. Ini
karena pada energi terbarukan tidak menggunakan bahan bakar fosil sehingga
tidak akan mengganggu kekurangan bahan bakar fosil pada masa mendatang. Selain
itu energi terbarukan juga tidak akan merusak lingkungan. Memang
benar bahwa terbarukan energi memiliki beberapa kelemahan, namun manfaatnya
dampaknya terhadap masyarakat lingkungan dan industri yang lebih besar. Hal ini didorong oleh populasi
manusia terus meningkat dan kebutuhan energi pendakian dunia, energi terbarukan
terlihat lebih sebagai satu-satunya alternatif yang paling memungkinkan untuk dikerjakan.
Daftar
Pustaka
Andiesta
El Fandari, Arief Daryanto, (2014), Gendut Suprayitno, Pengembangan Energi
Panas Bumi yang Berkelanjutan, JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 17, No. 1,
68-82.
Anonim. (2009). Undang-undang tentang ketenaga listrikan. Jakarta.
Anonim,
(2013), Outlook Energi
Indonesia 2013. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Indonesia. 2013.
Anonim. (2015). SINERGI (Distribusi Jawa Barat dan
banten). Bandung: PLN.
Aprianti, A. 2009.
Energi mikrohidro masih jadi andalan. Alpen Pustaka. Diunduh 02 Desember 2016 (http://www.energi.lipi.go.id).
Arulmozhivarman, P. (2013). Wind Energy Conversion System : A Technical
Review. Engineering Science and Technology.
Bayar, Y. (2014). Electricity Consumption And Economic Growth In Emerging
Economies. Journal Of Knowledge Management, Economicals and Information
Technology.
Bush,
Sophia. "Negative Power Generation Aspects of Adopting Renewable
Sources." Renewableenergyworld.com,
8 May 2014. http://www.renewableenergyworld.com/rea/blog/post/2014/05/negative-power-generation-aspects-of-adopting-renewable-sources (diakses 10 Desember 2016).
Christopher, B. S. (2012). What causes top management teams to make poor
strategic decisions?
Daryanto
Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu., Laporan
Penelitian Balai PPTAGG-UPTLAGG, Yogyakarta
George, C. (2007). Solar Energy Conversion. Physich Today.
Ikhsan R., dan Syukriyadin, (2014), Studi Kelayakan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Kota Banda Aceh, Seminar
Nasional dan Expo Teknik Elektro 2014, ISSN: 2088-9984
Monice, Syafii. Operasi ekonomis (economic
dispatch) pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dan (PLTG) dalam melayani
beban puncak kelistrikan sumbar. Universitas Andalas.
Péter Kádár, (2014), Pros and Cons of the Renewable Energy Application, Acta Polytechnica Hungarica, Vol. 11, No. 4
Ratnata, I. W. (2013). Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air di
Saluran Air Sekitar UPI. FPTK Expo.
Solarex, (1996),
Discover The Newest World Power, Frederick Court, Maryland USA
Susatyo
A., Subekti R.A., (2009), Implementasi Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro Kapasitas 30 kW di desa Cibunar Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat,
Prosiding Seminar Nasional Daur Bahan Bakar, ISSN 1693-4687. Terdapat pada: http://www.telimek.lipi.go.id/xdata/docs/ELDA27.pdf (diakses 1 Desember 2016)
Taylor, M. (2012). Renewable Energy Technologies : Cost Analysis
Series. Bonn : Germany: International Renewable Energy Agency.
Teguh Eko
Prasetyo, Zulkarnaen Pane, (2013), Studi Proteksi Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) SILAU 2 TONDUHAN KABUPATEN SIMALUNGUN,
SINGUDA ENSIKOM VOL. 2 NO. 3.
Tillemann,
Levi. "Revolution Now The Future Arrives for Four Clean Energy
Technologies." . www.energy.gov, 17 Sept. 2013. Web. 17 July 2014.
<http://energy.gov/sites/prod/files/2013/09/f2/Revolution%20Now%20--%20The%20Future%20Arrives%20for%20Four%20Clean%20Energy%20Technologies.pdf>.
Tsinnajinnie,
Lani. "Benefits of Renewable Energy for Native Nations from the
Environmental and Native Perspectives . " . N.p., 25 Aug. 2006.
<http://apps1.eere.energy.gov/tribalenergy/pdfs/interns2006tsinnajinnie.pdf>.(diakses
10 Desember 2016)
Vincent
St. Louis: Hydro, not so Green?, Canadian University of Alberta, terdapat pada: http://ergobalance.blogspot.com/2007/07/hydro-not-so-green.html (Diakses tanggal 10 Desember 2016)
Wichmann ,
Julia, and Noor Ghazal-Aswad . (2012) "Renewable Energy Jobs: Status,
Prospects & Policies Biofuels and grid-connected electricity
generation." . www.irena.org, 1 Jan. 2012. http://www.irena.org/DocumentDownloads/Publications/RenewableEnergyJobs.pdf (diakses 10 Desember 2016).
Zamri A.,
Yusri, Asmed, Adril E., (2014), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem
Empat Bandul, Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 1 Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
No comments:
Post a Comment