Thursday, August 20, 2015

Analisis keputusan pada multi kriteria dalam aplikasi lingkungan

Metode analisis keputusan telah mendapatkan pijakan yang kuat di lingkungan pengambilan keputusan (Huang et al., 2011; Linkov dan Moberg, 2011; Gregory dkk., 2012). Analisis keputusan digunakan untuk menyusun situasi dan membuat keputusan yang sesuai dengan preferensi dan kepercayaan para pengambil keputusan (Clemen, 1996). Pada proses pengambilan keputusan itu sendiri, bila dilakukan secara terstruktur, dapat menghasilkan proses belajar sekaligus membantu kelompok dengan tujuan yang saling bertentangan dalam mencapai konsensus. Selain itu, analisis keputusan memberikan justifikasi analitik untuk keputusan, yang seringkali diamanatkan oleh undang-undang.
Keputusan pada permasalahan lingkungan biasanya rumit, besar dan memiliki banyak tujuan. sehingga, hal tersebut telah meningkatkan popularitas penggunaan analisis keputusan multi kriteria (MCDA) dalam konteks lingkungan. Keeney (1980) menganalisis keputusan penempatan fasilitas energi (pembangkit listrik, bendungan, kilang) ketika  terdapat dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan, efek sosial ekonomi dan sikap masyarakat yang dianggap sebagai tambahan terhadap kriteria teknik dan ekonomi. Lebih lanjut, Kangas dkk. (2008) menawarkan gambaran umum tentang dukungan keputusan untuk perencanaan pengelolaan hutan dengan tujuan keberlanjutan ekologi, ekonomi dan sosial.  
Metode Standar multi kriteria telah digunakan untuk mengevaluasi seperangkat pilihan diskrit didasarkan pada beberapa kriteria keputusan. Namun serangkaian pilihan seringkali terdiri dari beberapa unsur, seperti kombinasi dari beberapa kriteria atau tindakan.
Penggunaan analisis keputusan multikriteria telah mengalami peningkatan secara signifikan dalam berbagai masalah lingkungan. Huang dkk. (2011) mencatat lebih dari 300 artikel ilmiah yang diterbitkan selama 2000-2009 dimana metode MCDA telah diimplementasikan dalam berbagai masalah lingkungan. Linkov dan Moberg (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan metode MCDA dalam masalah lingkungan telah meningkat baik secara proporsional selama tahun 1990-2010. Pengambilan keputusan pada berbagai masalah lingkungan seringkali kompleks dan melibatkan beberapa pemangku kepentingan dengan prioritas yang berbeda, yang membuat sulit untuk menyelesaikannya tanpa bantuan analisis (Kiker et al., 2005). Gregory dkk. (2012) telah mencantumkan jenis keputusan pengelolaan lingkungan yang umum.

Tabel Jenis keputusan pada manajemen lingkungan

Tipe
Apa yang dibutuhkan
Contoh
Memilih alternatif tunggal
Solusi yang transparan, informative dan didukung pada masalah kebijakan atau perencanaan
Pengembangan rencana pengelolaan pada spesies yang terancam punah
Pengembangan system pada pilihan yang berulang
System yang efisienm konsisten dan dapat mempertahankan keputusan yang kemungkinan dapat berulang
Penetapan tingkat panen tahunan atau alokasi air musiman
Pembuatan pilihan yang saling terhubung
Suatu cara untuk memisahkan keputusan menjadi pilihan yang terstruktur dari yang tinggi ke yang rendah atau perbandingan keputusan yang diambil saat ini dengan masa mendatang
Penyaringan analisis yang dilanjutkan dengan evaluasi secara rinci; keputusan yang mungkin menjadi informasi bagi investasi dalam penelitian
Rangking
Suatu cara ara untuk menempatkan tindakan atau item sesuai urutan kepentingan atau preferensi dengan kriteria yang sesuai dan jelas
Memprioritaskan daerah aliran sungai dalam upaya restorasi; peringkat proyek yang akan didanai
Rute
Pengelompokan tindakan atau item ke dalam kategori yang berbeda, sehingga bisa dievaluasi dengan tepat. Hal ini sering merupakan tindakan pendahuluan untuk penilaian yang lebih rinci.
Menseleksi aktivitas atau usulan yang tidak memenuhi syarat; mengidentifikasi proposal untuk evaluasi lebih rinci
Sumber: Gregory et al. (2012)



Pada beberapa negara yang telah mempunyai regulasi dapat menuntut penilaian yang teliti pada dampak lingkungan dari kebijakan pemerintah. Sebagai contoh, di Amerika Serikat,  pejabat yang bertanggung jawab dari suatu kebijakan akan diminta untuk memberikan pernyataan rinci terkait tentang:

  •      Dampak lingkungan dari kebijakan yang diajukan,
  • .  Efek lingkungan yang berpotensi merugikan yang tidak dapat dihindari dan harus mengimplementasikan usulan 
  •         Alternatif untuk tindakan yang menjadi usulan,
  • .      Hubungan antara penggunaan jangka pendek dari lingkungan sekitar manusia, pemeliharaan dan peningkatan produktivitas jangka panjang,
  • .  Komitmen penggunaan sumber daya yang ireversibel yang tidak dapat diperbaiki akan dimasukkan dalam tindakan yang diusulkan jika hal itu dilaksanakan.


Contoh berikutnya adalah keputusan mengenai prosedur penilaian dampak lingkungan oleh Pemerintah Finlandia yang mengimplementasikan sejumlah 52 jenis proyek dalam 12 kategori berbeda yang semuanya patuh terhadap prosedur penilaian lingkungan sebelum pelaksanaannya. Proyek-proyek tersebut misalnya pembangunan pembangkit listrik dengan output maksimal melebihi 300MW, membangun kilang minyak dan membangun rel kereta api baru untuk lalu lintas jarak jauh. Mengingat luasnya jangkauan dari proyek yang akan dibuat oleh pemerintah tersebut maka tidak mengherankan jika metode multi kriteria (MCDA) digunakan secara ekstensif. Metode MCDA yang paling umum dalam praktiknya adalah proses hirarki analitik (AHP) dan utilitas multi atribut (atau nilai).
Pengambilan keputusan pada permasalahan lingkungan seringkali rumit dan menarik perhatian berbagai multidisipliner ilmu pengetahuan yang menggabungkan ilmu sosial, fisik, politik, dan etika alami. Para pembuat keputusan pada permasalahan lingkungan seringkali menggunakan banyak tes eksperimental, model komputasi, dan alat guna menilai kesehatan manusia dan risiko ekologis yang terkait dengan tekanan lingkungan dan dampak strategi penurunan dan penurunan tingkat risiko. Namun, dengan menerapkan metode tersebut menjadi semakin sulit karena terdapat tiga alasan. Pertama, terdapat banyak risiko yang berpotensi muncul (misalnya, perubahan iklim, nanoteknologi, dan lain-lain) dimana informasinya belum tersedia dan keputusan harus dibuat dalam kondisi ketidakpastian yang signifikan. Kedua, pada banyak situasi dan tekanan situasi tradisional, beberapa baris bukti mengenai ukuran yang sama tersedia (misalnya, risiko), namun mungkin mengarah ke alternatif pengelolaan yang berbeda. Akhirnya, pemangku kepentingan, yang mungkin memiliki kepentingan dalam program tindakan tertentu, memperoleh akses yang meningkat ke semua informasi yang ada dan, karena ketidakpastian data, dapat membenarkan tindakan yang sering bertentangan. Dengan demikian, mengintegrasikan informasi yang heterogen dan tidak pasti menuntut kerangka kerja yang sistematis dan mudah dipahami guna mengatur informasi teknis dan memerlukan penilaian ahli.
Analisis keputusan multi kriteria (MCDA) menyediakan metodologi yang sistematis untuk menggabungkan masukan kriteria dengan informasi biaya / manfaat dan pandangan pemangku kepentingan untuk menentukan peringkat alternatif proyek. MCDA digunakan untuk menemukan dan mengukur pertimbangan pengambil keputusan dan pemangku kepentingan mengenai berbagai faktor (moneter) non-moneter untuk membandingkan tindakan alternatif. Terdapat banyak pendekatan yang semuanya berada di bawah payung MCDA, masing-masing melibatkan berbagai protokol untuk memunculkan masukan, struktur untuk mewakili metode-metode tersebut, algoritma untuk memahaminya, dan proses untuk menafsirkan dan menggunakan hasil formal dalam konteks pemberian saran atau pengambilan keputusan yang sebenarnya. Linkov dkk. (2006) mengaplikasikan MCDA dalam pengelolaan lingkungan yang berfokus pada pengelolaan situs yang terkontaminasi yang diipublikasikan pada tahun 1992-2002. Teknik MCDA telah diterapkan untuk mengoptimalkan pemilihan kebijakan dalam remediasi lokasi yang terkontaminasi, pengurangan kontaminan yang memasuki ekosistem perairan, optimalisasi sumber daya air dan pesisir, dan pengelolaan sumber daya lainnya. Dalam beberapa penelitian, para peneliti telah secara eksplisit mempertimbangkan pendapat kelompok masyarakat lokal dan pemangku kepentingan lainnya melalui kelompok fokus, survei, dan teknik lainnya dan secara formal mengintegrasikan pendapat ini ke dalam proses pengambilan keputusan. Banyak makalah menyimpulkan bahwa penerapan metode MCDA memberikan perbaikan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan dan penerimaan publik terhadap kebijakan perbaikan atau pengurangan yang disarankan. Tabel di bawah ini menjelaskan aplikasi metode pengambilan keputusan dalam permasalahan lingkungan yang diperoleh dari database ISI Web of Science dengan menggunakan kata kunci MCDA.

Tabel Aplikasi pengambilan keputusan dalam permasalahan lingkungan
Kata kunci MCDA
Frasa Lingkungan
Subyek penelitian
·         MCDA atau Multi criteria decision analysis
·         MCDA atau Multi criteria decision making
·         AHP atau Analytic Hierarchy Process
·         Outranking
·         MAUT atau  Multi-attribute utility theory
·         MAVT atau  Multi-attribute value theory
·         ELECTRE
·         ANP atau Analytic Network Process
·         Swing weight
·         Expected utility
·         TOPSIS or Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution
·         SMAA or Stochastic multicriteria acceptability analysis
·         PROMETHEE or Preference Ranking Organisation Method for Enrichment Evaluations
·         Kontaminasi atau remediasi
·         Ekosistem
·         Tanah
·         Nano
·         Pemilihan situs
·         Keberlanjutan
·         Limbah
·         Limbah atau pesisir
·         Sumber daya alam
·         Risiko dan lingkungan
·         Perairan atau terestrial
·         Energi
·         Emisi dan atmosfer
·         Ilmu lingkungan
·         Studi lingkungan
·         Teknik lingkungan
·         Ilmu sosial dan metode matematik
·         Ilmu manajemen
·         Penelitian operasional dan ilmu manajemen
Sumber: Huang et al., (2011).



Daftar pustaka:

Clemen, R. T. (1996). Making Hard Decisions. Duxbury Press.

Gregory, R., Failing, L., Harstone, M., Long, G., McDaniels, T., and Ohlson, D. (2012). Structured Decision Making: A Practical Guide to Environmental Management Choices. Wiley-Blackwell.

Huang, I., Keisler, J., and Linkov, I. (2011). Multi-criteria decision analysis in environmental sciences: Ten years of applications and trends. Science of the Total Environment, 409(19):3578–3594.

Kangas, A., Kangas, J., and Kurttila, M. (2008). Decision support for forest management, volume 16. Springer.

Keeney, R. L. (1980). Siting energy facilities. Academic Press New York.

Kiker, G., Bridges, T., Varghese, A., Seager, T., and Linkov, I. (2005). Application of multicriteria decision analysis in environmental decision making. Integrated Environmental Assessment and Management, 1(2):95–108.

Linkov, I. and Moberg, E. (2011). Multi-criteria decision analysis: environmental applications and case studies. CRC Press.

Linkov I, Satterstrom FK, Kiker G, Batchelor C, Bridges T, Ferguson E. From comparative risk assessment to multi-criteria decision analysis and adaptive management: Recent developments and applications. Environment International 2006a; 32: 1072–1093.

Robért KH., SchmidtBleek B., Aloisi de Larderel J., Basile G., Jansen J.L., Kuehr R., Price Thomas P., Suzuki M., Hawken P. and Wackernagel, 2002. Strategic sustainable development – selection, design and synergies of applied tools. Journal of Cleaner Production 10:197214.


Thursday, April 23, 2015

IDENTIFIKASI RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PENGUMPUL SAMPAH MANUAL DI JAKARTA SELATAN

Abstract
Waste collection is one of the activities that should be performed on the waste management process. This activity can pose a potential high risk given the dangers that may arise while direct contact with the garbage and activities conducted. This study aims to identify potential risks to the health and safety of workers garbage collector. The survey uses a structured questionnaire distributed to 25 the refuse collector randomly selected in Srengseng Sawah-Jagakarsa, South Jakarta. Descriptive statistics were used to analyse the data collected. The the garbage collectors who agreed the use of personal protective equipment at work is approximately 64% or around 16 respondents. Musculoskeletal disorders suffered by respondents is around 19 people, or roughly 76%. The Respondents who suffered puncture wounds as a result of did not use gloves were 23 respondents or approximately 92%. Wrist and lower back are the most common musculoskeletal disorder that affects approximately 23 respondents. Generally, workers require personal protective equipment in order to prevent and reduce accidents. Improvement measures should be always be done such as healthy behaviour, use of personal protective equipment and the development of working methods based on ergonomic principles.
Keywords: Health risks, the garbage collectors, South Jakarta, accidents, musculoskeletal



Saturday, April 11, 2015

APPLICATION ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP): A CASE STUDY OF E-WASTE MANAGEMENT IN SURABAYA, INDONESIA


ABSTRACT
Increasing the quantity of e-waste is a concern to all stakeholders in most countries in the globe. The paper explains the method of Analytic Hierarchy Process (AHP) is applied with Expert Choice software to choose some variables that influence the management of electronic waste in the city of Surabaya. There are five variables contained in the management of electronic waste such as: Technology, Financial, Environmental, Social and Methods. Questionnaires carried out to select the five variables. Replication and questionnaire design was modified from the World Bank and UNEP. Questionnaires were distributed to five key informants located in the city of Surabaya. The result using Expert Choice software shows the values of the preference variables electronics waste management in the city of Surabaya i.e. Technology = 0.095, Financial = 0.251, = 0.455 Environmental, Social = 0.154, Method = 0.046. The judgments were found to be consistent, precise and justifiable with narrow marginal inconsistency values. This paper also provides a thorough sensitivity analysis to express the confidence in the drawn conclusions. Keywords: E-waste, AHP, expert choice, sensitive analysis, Surabaya.


Link artikel:

Tuesday, January 6, 2015

THE APPLICATION OF GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT: CASE STUDY IN ELECTRONIC WASTE INFORMAL SECTORS IN SURABAYA CITY, EAST OF JAVA-INDONESIA


ABSTRACT
The application of green supply chain initiatives in the informal sector recycles electronic waste in the city of Surabaya is the main objective of this paper. This paper also describes the factors that encourage the recycling of electronic waste informal sector to contribute to the green supply chain. Green supply chain is one of the methods that contribute to the reduction of environmental issues and can provide economic benefits to all stakeholders. Although it has been widely used in several business sectors, little is known about the green supply chain, especially in the perspective of recycling electronic waste in the city of Surabaya. Data were obtained from a questionnaire survey of the informal sector of electronics waste in Surabaya. The questionnaire has been validated and standardized by UNEP adopted and modified for this study. The results of the study provide information that the readiness of the supply chain suppliers (0.891), consumer’s persuade (0.845), the
government contribution (0.795) and the role of non-governmental organizations (0.781) have a significant relationship to green supply chain initiatives. 
Keywords: e-waste, informal sectors, green supply chain, sustainability, Surabaya


Link:
https://drive.google.com/a/univpancasila.ac.id/file/d/0B1yrndt6P-pYYnE5bjdubWNvR0k/view?usp=sharing

Redesigned chair to reduce the levels of fatigue in the weighing process in the Quality Control Department: case study on PT. ABC

Abstract 
The growth of the company that focuses on the pharmaceutical sector and medications creates an increasingly competitive competition in Indonesia. The company is expected extra work to meet the needs of the market. As a result, it encourages fatigue in the workers. There are several factors on operator fatigue, physical fatigue is roughly 69. 44%, fatigue of work motivation approximately 60.72% and fatigue due to poor ergonomic working position approximately 71.43%. This study aimed to determine the level of risk posed by the adverse ergonomic chair and work desk in the weighing room. Method of Rapid Entire Body Assessment (REBA) was applied to analyse the problems faced by the company. The data was collected through an observation method on workers by assessing and measuring the body posture of each sample operator. The anthropometry data processing includes the average value, standard deviation, maximum and minimum values, the data uniformity test, the test of data normality, percentile values. The study found that there were approximately 71.43% operators have difficulty in concentrating, pain throughout the body approximately 85.71%, and back pain roughly 85.71%. The study also indicates that the seat has a high level of risk and moderate the level of risk on the table in the weighing department. 

Keywords: Ergonomic, fatigue, anthropometry, work chair, redesign 


Link:

Aplikasi SWOT pada pengelolaan limbah elektronika: Studi kasus kota Surabaya


ABSTRAK
Pengelolaan limbah elektronika merupakan masalah yang cukup serius di hampir semua kota bahkan negara di dunia ini. Makalah ini merupakan studi kasus dari pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya. Dengan menggunakan desain penelitian kualitatif yang menggunakan metode SWOT dapat diaplikasikan pada studi partisipasi masyarakat di kota Surabaya. Penelitian secara kualitatif ini lebih fokus pada keterbatasan sumber daya pemerintah daerah dalam memberikan fasilitas yang tepat pada pelayanan pengelolaan limbah elektronika. Aplikasi SWOT digunakan guna merumuskan rencana aksi strategis pengelolaan limbah elektronika untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya masyarakat serta stakeholder yang terkait. Ini akan mendorong kerjasama yang lebih baik antar stakeholder di kota Surabaya melalui pendekatan partisipatif. Berdasarkan aplikasi SWOT memungkinkan para stakeholder untuk mengeksplorasi berbagai potensi metode dan sarana yang terkait dengan ancaman, peluang dan merubah kelemahan menjadi kekuatan dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah elektronika. Melalui makalah ini, rencana implementasi strategis dapat dikembangkan pada setiap stakeholder untuk peningkatan pengelolaan limbah elektronika di kota Surabaya.
Kata kunci: SWOT, limbah elektronika, managemen strategi, stakeholder, Surabaya

Link:
Banyak orang beranggapan bahwa fotografi, adalah sebuah “hobi yang mahal”. Bagaimana tidak, untuk menekuni hobi yang satu ini, setidaknya harus menyisihkan biaya yang cukup besar. Sebagian orang masih setia atau bertahan dengan kamera lama, kamera saku, atau kamera ponsel. Apalagi dengan kemajuan teknologi ponsel, kenyamanan dan kemudahan dalam hal fotografi telah banyak dirasakan oleh semua orang. Akan tetapi, ketika seseorang telah merasa “serius” menekuni fotografi, dia akan mau merogoh dalam dalam saku tabungannya. Belum lagi tetek bengek perlengkapan dan peralatannya, dari seputar lensa, lighting, studio, assesoris dan lain-lain, setidaknya sudah cukup untuk membuat seorang terengah-engah mengucurkan keringat deras karena biaya nya yang tinggi.
Saya adalah seorang yang sedang menekuni fotografi walaupun hanya sekedar fotografer pemula. Foto yang saya tekuni adalah seputar objek jalanan, animal, benda, lanskap, manusia, perkotaan dan lain lain. Beberapa hasil jepretan saya ada di komunitas fotografer seperti pixoto dan national geography.  










Thursday, January 1, 2015

The Application FMEA method in order to improve work system inAdvanced Engineering Division (AED): a case study of PT. ABC. Tangerang, Indonesia.

Abstract
Sheet metal manufacturing is the an area of specialization PT. ABC. The company operates based on consumer demand. Wall Mounting Type (WM) is one type of customer ordered. In order to achieve the company's quality objectives needed time standard of design/drawing. However, in the process encountered several constraints occasionally, such as: the process of drawing/design is complicated and required accuracy. The problem arises due to the target of fulfilment and affordability of drawing/design is unsuitable. Consequently, this led to a delay in the drawing/design. This study uses an application of the Fishbone diagrams and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Data collection was performed by direct measurement of the time drawing/design and interviews on Advanced Engineering Division (AED). The study shows several information such as: the improvements were made through the creation of Autolisp programs, modify the layout of the room and establish monitoring job. The study also showed that there was a difference in the standard time measurement results before and after the use of application Autoslip programs. The application Autoslip programs proved the working process of the drafter of 75 minutes and 35 seconds to 35 minutes and 07 seconds. Thus, the drawing/design process declined approximately 10 minutes and 33 seconds. Target achieved after the company's implementing schemes to change the layout of the room and create monitoring job.

Keywords: FMEA, drawing/design, wall mounting, Autolisp

Link:
https://drive.google.com/a/univpancasila.ac.id/file/d/0B1yrndt6P-pYTEZnODdWTlJmdFU/view?usp=sharing

Sertifikasi Ekolabel Pada Industri Kertas

Terdapat beberapa kriteria yang harus dilakukan oleh sebuah industri apabila ingin mendapatkan sertifikasi ekolabel, hal ini termasuk dalam ...