Analytic Hierarchy Process (AHP)
mencerminkan cara alami kita dalam bertingkah laku dan berfikir. AHP adalah
suatu proses “rasionalitas sistemik”. Dengan AHP kita dimungkinkan untuk
mempertimbangkan suatu persoalan sebagai satu keseluruhan dan mengkaji
interaksi serempak dari berbagai komponen yang disusun secara berjenjang
(hirarkis) sehingga mudah dipahami dan dianalisis.
AHP
menangani persoalan kompleks sesuai dengan interaksi-interaksi pada persoalan
itu sendiri. Proses ini membuat orang
dapat memaparkan persoalan sebagaimana mereka lihat dalam kompleksitasnya yang
memperluas definisi dan strukturnya melalui pengulangan. Untuk mengidentifikasikan persoalan yang
kritis, mendifinisikan strukturnya, dan menemukan serta menyelesaikan konflik.
AHP memerlukan informasi dan pertimbangan dari beberapa peserta dalam proses
itu. Melalui serentetan kerja matematis, AHP mensintesis penilaian-penilaian
mereka menjadi suatu taksiran menyeluruh dari prioritas-prioritas relatif
berbagai alternatif tindakan.
Prioritas-prioritas yang di hasilkan AHP merupakan satuan dasar yang
digunakan dalam semua jenis analisis.
AHP
dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melaksanakan tindakan
kreatif, dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu, untuk membantu para pemimpin
menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh
faktor-faktor relevan dalam situasi kompleks.
AHP juga dapat melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan
preferensi peserta, sehingga para pemimpin mampu menilai mutu pengetahuan para
pembantu mereka dan pemantapan pemecahan itu.
Beberapa
keuntungan yang terlihat dalam penerapan AHP, antara lain:
1. Sifatnya
yang fleksibel, menyebabkan penambahan dan pengurangan kriteria (elemen) pada
suatu hirarki dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengacaukan atau merusak
hirarki.
2. Dapat
memasukkan preferensi pribadi sekaligus mengakomodasi berbagai kepentingan
pihak lain, sehingga diperoleh penilaian yang objektif dan tidak sektoral.
3. Proses
perhitungannya relatif mudah karena hanya membutuhkan operasi dan logika
sederhana.
4. Dengan
cepat dapat menunjukkan prioritas, dominasi, tingkat kepentingan, ataupun
pengaruh dari setiap elemen terhadap elemen lainnya.
Walaupun
demikian, penggunaan AHP juga mengandung beberapa kelemahan, antara lain :
1. Partisipan
yang dipilih harus benar-benar memiliki kompetensi, pengetahuan, dan pengalaman
mendalam terhadap segenap aspek permasalahan serta mengenai metode AHP sendiri.
2. Bila
terdapat partisipan yang sangat “kuat” akan mempengaruhi partisipan lainnya.
3. Penilaian
cenderung subjektif, karena sangat dipengaruhi situasi serta preferensi,
persepsi, konsep dasar, dan sudut pandang partisipan.
4. Jawaban
atau penilaian responden yang konsisten tidak selalu logis dalam arti sesuai
dengan permasalahan yang ada.
Sumber:
Saaty, Thomas L. & Luis G. Vargas. 2012. Models, Methods, Concept & Aplications
of the Analytic Hierarchy Process, Internationel Series in Operations
Research & Management Science. Second Edition. New York: Springer.
No comments:
Post a Comment