1. Limbah elektronika
Peralatan listrik
dan elektronik memiliki kontribusi yang besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan
penemuan teknologi dalam produk elektronik mampu menyederhanakan aktivitas
manusia baik di kantor maupun di rumah. Sebagai hasilnya, perangkat elektronik
tampaknya sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Laju inovasi
teknologi pada perangkat listrik dan elektronik yang bergerak lebih cepat dari
yang diharapkan. Akibatnya, keberadaan peralatan listrik dan elektronik menjadi
lebih pendek dan menjadi usang. Dengan demikian, semakin banyak peralatan
elektronika yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka hal ini juga
akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan terhadap laju timbulan
limbah elektronika di tempat pembuangan sampah.
Hampir dapat
dipastikan bahwa seluruh negara di dunia ini berhadapan dengan masalah serius
terkait dengan limbah elektronika. Tidak ada definisi secara detail yang
menjelaskan pengertian dari limbah elektronika. Akan tetapi, di beberapa Negara
maju seperti di Eropa memberikan definisi limbah peralatan listrik dan
elektronika sebagai suatu bagian produk dari peralatan atau produk-produk
listrik dan elektronika termasuk seluruh komponen dan sub komponennya yang
telah melewati usia pakainya (Shah dan Batool, 2015; Sthiannopkao dan Wong,
2013,). Peralatan listrik dan elektronika yang dimaksudkan adalah semua jenis
perlengkapan yang menggunakan listrik sebagai sumber pembangkitnya.
Terdapat beberapa
sumber penghasil limbah elektronika, misalnya: rumah tangga dan perkantoran
baik pemerintah maupun swasta. Akan tetapi, sampah elektronika lebih banyak
dihasilkan dari rumah tangga. EU directive 2002/EC memberikan kategori
peralatan listrik dan elektronika yang biasa disebut dengan limbah elektronika,
antara lain (Lertchaiprasert dan Wannapiroon,
2013) :
1.
Peralatan
rumah tangga besar 6.
Alat-alat listrik dan elektronika
2.
Peralatan
rumah tangga kecil 7.
Mainan anak-anak dan peralatan olahraga
3.
IT
dan peralatan telekomunikasi 8. Peralatan medis
4.
Peralatan
konsumen
9. Instrument monitoring dan control
5.
Peralatan
pencahayaan 10. Dispenser otomatis
Peralatan
elektronika dapat tersusun dari beberapa fraksi material yang berbeda (Yong
Kang and Schoenung, 2005). Lebih lanjut, produk-produk elektronik banyak
mengandung bahan yang membutuhkan penanganan khusus, seperti timbal, merkuri,
arsenik, krom, cadmium, dan plastik dimana seluruh jenis material tersebut
mampu melepaskan, antara senyawa yang beracun seperti dioksin dan furan (Wong
et al., 2007; Shah dan Batool, 2015). Hal ini berisi lebih dari 1000 zat yang
berbeda, yang dapat dikategorikan sebagai bahan "berbahaya" dan
"non-berbahaya" (Mohan
dan Chaithanya Sudha, 2015).
Lebih
lanjut, Mohan dan dan Chaithanya Sudha, 2015 menyatakan bahwa
komposisi limbah elektronik terdiri dari Besi dan baja sekitar 50%, plastik
(21%), logam non-ferrous (13%) dan konstituen lainnya. logam non-ferrous
terdiri dari logam seperti tembaga (Cu), aluminium (Al), dan logam mulia
seperti perak (Ag), emas (Au), platinum, palladium. Kehadiran unsur-unsur
seperti timbal, merkuri, arsenik, kadmium, selenium dan kromium heksavalen dan flame retardants di luar jumlah ambang batas menjadikan limbah
elektronika sebagai limbah berbahaya.
2. Laju timbulan limbah elektronika di Indonesia dan negara
berkembang
Salah satu faktor
yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan limbah elektronika adalah laju
timbulannya. Laju timbulan limbah elektronika ini dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti penemuan dan inovasi yang sangat cepat pada teknologi produk
elektronika, harga yang bervariasi dan kemajuan dalam media dan dunia
elektronika yang memaninkan peranan penting dalam laju timbulan limbah tersebut
(Shah dan Batool, 2015). Berdasarkan data dari BPS (2015), melaporkan bahwa
kepemilikan produk elektronika baik telepon genggam maupun laptop/komputer
mengalami peningkatan yang signifikan mulai tahun 2011 sampai dengan 2014.
Sebagai contoh, kepemilikan telepon genggam pada tahun 2011 sebanyak 2425299
menjadi 2554283 di tahun 2014, sementara itu kepemilikan laptop/komputer pada
tahun 2011 sebanyak 761690 menjadi sebanyak 908201 di tahun 2014. Tidak ada
keterangan secara detail yang dilaporkan oleh BPS terkait dengan jenis dan
karakteristik dari telepon genggam maupun laptop/komputer.
Studi yang
dilakukan oleh Rimantho dan Nasution (2016), mencatat bahwa laju timbulan
sampah elektronika di DKI Jakarta adalah sekitar 6.206,141 kg/tahun atau setara
dengan 5,173 kg per orang/tahun. Lebih lanjut, penelitian tersebut menginvestigasi
sejumlah 400 responden dari rumah tangga. Studi tersebut juga memperkirakan
bahwa laju timbulan limbah elektronika di DKI Jakarta sekitar 124 juta kg pada
tahun 2025. Lebih lanjut, sebuah studi yang dilakukan di Hyderabad dan
Bangalore di negara India untuk mengetahui generasi limbah elektronika
komputer, printer, televisi, dan penggunaan ponsel diperoleh 36,027.90 kg dari
246 sampel di kota Hyderabad dan 48,254.55 kg di kota Banglore dengan jumlah
148 sampel. Sementara itu, Tiep et al., (2015) mencatat terdapat sekitar 1,71
untuk telpon genggam, 0,78 komputer pribadi dan 0.75 televisi dari 345 rumah tangga di Malaka-Malaysia. Sementara itu, Shumon et al., (2014)
menjelaskan bahwa laju timbulan sampah di Malaysia secara umum mengalami trend
kenaikan sekitar 40.000 ton di tahun 2007 menjadi 134.000 ton di tahun 2009.
Pada tahun 2012 jumlah laju timbulan limbah elektronika di Kamboja dapat
diperoleh informasi bahwa TV sejumlah 40,983.00 kg, sedangkan AC sekitar
13,318.80 kg, Music Player 2,016.24
kg, dan Personal Komputer sekitar 1,310.40 kg (Sothun., 2012). Dalam kurun
waktu selama 15 tahun sejak tahun 1995 sampai dengan 2010 terdapat sekitar
39.300.000 produk elektronika di Filipina, dimana 20.2 juta digunakan kembali,
8,4 juta di daur ulang, 20 juta disimpan dalam rumah dan 24,3 juta dibuang
(Alam, 2016). Lebih lanjut, Departemen Pengendalian Pencemaran Thailand
melaporkan bahwa laju timbulan limbah elektronika untuk delapan jenis peralatan
rumah tangga di Thailand sekitar 376.801 ton pada tahun 2014 dan 384.233 ton
pada tahun 2015 (Pookkasorn dan Sharp, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Alam dan Bahauddin, (2015) mencatat
bahwa terdapat hamper 2,7 metrik ton limbah elektronika yang dihasilkan di
Bangladesh, dimana pada tahun 2006 terdapat sekitar 600.000 personal computer,
1.252.000 televisi dan 2.200.000 mesin pendingin. Bangladesh juga merupakan
salah satu negara yang menghasilkan limbah elektronika tertinggi di dunia dan
juga merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan pembuangan limbah
elektronika dari negara-negara maju.
3. Dampak limbah elektronika terhadap kesehatan manusia
Perangkat
elektronika telah banyak digunakan dalam dunia modern, dimana tujuan dari
penciptaan produk elektronika dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia.
Perangkat elektronika tersebut terbuat dari beberapa komponen dimana terdiri
dari berbagai material yang terkandung di dalamnya. Komposisi limbah
elektronika secara umumnya beragam dan dikategorikan sebagai berbahaya dan
tidak berbahaya. Secara garis besar, limbah elektronika terdiri dari fraksi
logam besi dan non-ferrous, kaca, plastik, kayu dan kayu lapis, beton, keramik,
papan sirkuit, karet dan barang-barang lainnya (Omole et al., 2015). Limbah
elektronika digambarkan sebagai salah satu sisi gelap dari era digital modern
yang menimbulkan masalah bagi lingkungan (Soroush et al., 2012). Sehingga, karena komposisi yang terdapat dalam
limbah elektronika yang tersusun dari berbagai zat-zat yang beracun memiliki
potensi untuk memberikan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia. Robinson
(2009) menyampaikan bahwa sampah elektronika yang tidak terkelola dengan baik
memunculkan masalah pada lingkungan. Dimana, lingkungan akan tercemar karena
komponen dalam kandungan limbah elektronika berpotensi mencemari air dan sistem
perairan, tanah, udara dan kesehatan manusia.
Paparan komponen dari limbah produk-produk
elektronika dapat mendorong terjadinya penurunan kualitas kesehatan manusia.
Sebagai contoh, bahan tercemar arsenic (As) akan menimbulkan gangguan mata,
kulit, darah dan liver. Kontaminasi limbah elektronika pada manusia dapat
melalui berbagai cara seperti melalui makanan, udara dan lain-lain (Robinson,
2009). Studi yang dilakukan Leung et
al., (2008) mengevaluasi logam berat yang diperoleh dari lokasi proses daur
ulang papan sirkuit (PCB) dengan menggunakan metode ICP-OES dengan hasil bahwa
kandungan logam berat seperti Cd, Co, Cr, Cu, Ni, Pb, Zn memiliki
tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dengan lokasi lain di kota
Guiyu-China. Lebih jauh, peneliti tersebut juga menyatakan bahwa daur ulang
papan sirkuit memiliki potensi untuk menimbulkan risiko kesehatan yang serius
bagi pekerja dan penduduk lokal Guiyu, terutama anak-anak, dan menjamin penyelidikan
mendesak ke dalam dampak kesehatan logam berat terkait.
Pekerja
daur ulang pada aktivitas pembongkaran dan pembakaran limbah elektronik untuk
mengambil logam berharga dan bahan lain berpotensi terpapar bahan kimia
berbahaya seperti logam berat, PAH dan asam anorganik, yang memiliki potensi risiko
kesehatan untuk jangka panjang dan serius (Caravanos et al., 2011). Terpaparnya manusia oleh logam berat atau
zat berbahaya dari limbah elektronika biasanya dikarenakan manusia mengkonsumsi
air dan tanaman yang tercemar sehingga mendorong munculnya gangguan system
saraf pusat, masalah ginjal, keracunan darah serta kegagalan fungsi organ vital
terutama pada anak-anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Frazzoli et al., (2010)
mendiskusikan terkait dengan konsep keberlanjutan kesehatan yang diakibatkan
dari proses daur ulang limbah elektronika di negara-negara berkembang. Lebih
lanjut, peneliti tersebut juga menyampaikan bahwa gangguan kesehatan tersebut
dialami secara turun temurun pada warga miskin yang sebagian besar terdapat di
China, dimana paparan lintas generasi tersebut terjadi karena pemberian ASI
pada bayi atau anak kecil. Sehingga, gangguan endokrin dan neurotoksisitas
menjadi masalah yang cukup serius akibat aktivitas daur ulang limbah elektronika
(Frazzoli et al., 2010). Selanjutnya, senyawa organik persisten seperti
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) dan polychlorinated
biphenyls (PCB) dapat mengekspos pekerja dan penduduk local melalui
inhalasi, paparan dermal bahkan asupan oral (makanan yang terkontaminasi
(Vetrivel dan Devi 2012). Selain itu, studi yang dilakukan oleh Okorhi et al.,
(2015) merangkum beberapa dampak kesehatan yang diakibatkan oleh logam berat
akibat aktivitas daur ulang limbah elektronika, misalnya paparan timbal dapat
mendorong terjadinya kerusakan pada system saraf pusat, penurunan IQ pada
anak-anak, peningkatan tekanan darah dan hipertensi pada orang dewasa, peningkatan
risiko penyakit kardiovaskular, mempengaruhi system darah dan ginjal pada
manusia, kemandulan dan keguguran, gangguan hormone endokrin dan menghambat
berbagai enzin metabolism hemoglobin sehingga mengurangi keseimbangan oksigen
dan volume pernafasan (Okorhi et al., 2015).
4. Dampak limbah elektronika terhadap lingkungan
Proses
daur ulang limbah elektronika di negara-negara berkembang telah meningkatkan
kepedulian bagi para pemerhati lingkungan akibat adanya bahan-bahan berbahaya
yang berpotensi dibuang bersama limbah padat lainnya di pembuangan terbuka
maupun di daerah perairan. Lebih lanjut, metode pengelolaan dan daur ulang yang
masih sederhana di negara-negara berkembang menyebarkan polutan dari limbah
elektronika ke lingkungan melalui air, udara dan tanah (Caravanos et al., 2011).
Sebuah
studi yang dilakukan oleh Nnorom et al., (2010) mengevaluasi konsentrasi timbal
(Pb) dalam monitor televisi di Nigeria dengan menggunakan metode EPA SW846
Method 1311 melalui uji TCLP, dimana diperoleh hasil bahwa konsentrasi Pb lebih
tinggi dari batas standard yang ditentukan dan berpotensi menurunkan kualitas
lingkungan. Sementara itu, menurut Leung
et al., (2008), debu merupakan salah satu media di lingkungan yang dapat
memberikan informasi secara signifikan terkait dengan tingkat, distribusi dan
nasib kontaminan yang ada di lingkungan, dimana debu hampir sama dengan
partikulat tersuspensi di atmosfer yang merupakan indikator polutan di
atmosfer.
Salah
satu komponen yang terdapat dalam limbah elektronika adalah plastik, dimana
Polyvinyl chloride (PVC) sering digunakan dalam produk-produk elektronika yang
mengandung 56% klorin dan dapat menghasilkan sejumlah besar gas hydrogen
klorida saat dibakar, serta menghasilkan asam klorida saat bercampur dengan air
(Soroush et al., 2012). Beberapa sampel
udara diambil dan diteliri dari lokasi daur ulang di sekitar
Agbogbloshie Market di Accra, Ghana, dimana hasil dari uji terhadap logam berat
menunjukkan bahwa lokasi tersebut telah terjadi peningkatan kadar aluminium,
tembaga, besi, timah dan seng yang menyebabkan kontaminasi pada udara ambien (Caravanos et al., 2011).
Sebuah
studi tentang kontaminasi logam berat di tanah dari limbah elektronika di
Bangkok menunjukkan bahwa beberapa logam berat seperti tembaga (Cu), timbal
(Pb) dan Seng (Zn) terdeteksi lebih tinggi dari standard yang ditentukan
(Pookkasorn dan Sharp, 2016). Kondisi yang sama juga terjadi di Agbogbloshie
Market di Accra, Ghana yang memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi pada tanah
di pusat daur ulang limbah elektronika (Caravanos
et al., 2011).
Potensi risiko pencemaran yang diakibatkan dari
proses daur ulang limbah elektronika juga terjadi pada lingkungan perairan
melalui kegiatan proses pencucian dengan menggunakan bahan kimia asam dari
proses hidrometalurgi (Robinson, 2009). Evaluasi kualitas lingkungan yang
dilakukan oleh Wand dan Guo (2006) terhadap dampak industry daur ulang limbah
elektronika di Guiyu-China dengan mengambil beberapa sampel pada air tanah
menunjukkan tingkat konsentrasi logam berat lebih tinggi dari standar kualitas
lingkungan di China. Sementara itu, tabung televise CRT juga berpotensi
menimbulkan pencemaran terhadap air tanah akibat proses pencucian dengan
menggunakan bahan kimia asam pada konsentrasi yang tinggi (Nnorom et al.,
2010)
5.
Kesimpulan
Kemajuan
penemuan teknologi dalam produk elektronik mampu menyederhanakan aktivitas
manusia baik di kantor maupun di rumah. Definisi limbah peralatan listrik dan
elektronika adalah suatu bagian produk dari peralatan atau produk-produk
listrik dan elektronika termasuk seluruh komponen dan sub komponennya yang
telah melewati usia pakainya. Kehadiran bahan-bahan berbahaya yang ada dalam
produk elektronika di luar jumlah ambang batas menjadikan limbah elektronika
sebagai limbah berbahaya. Limbah elektronika mempunyai kontribusi yang
signifikan pada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Sehingga,
perlu dilakukan studi atau kajian lebih terintegrasi terkait faktor-faktor yang
dapat menurunkan risiko terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan di Indonesia.
Daftar
Pustaka:
Alam M., Bahauddin K.M., 2015, Electronic
Waste in Bangladesh: Evaluating The Situation, Legislation and Policy and Way
Forward With Strategy and Approach, PESD,
VOL. 9, no. 1, DOI 10.1515/pesd-2015-0005
Alam
Z.F., 2016, The Assessment of the of
E-Waste Management Generated from Cellular Phones, Laptops, and Personal
Computers in the Philippines, Manila Journal of Science 9 (2016), pp. 27-42
Borthakur A., dan Kunal Sinha K., 2013, Generation of electronic waste in
India: Current scenario, dilemmas and stakeholders, African Journal of
Environmental Sience and Technology, Vol 7 (9) pp. 899-910.
Caravanos J., Clark E., Fuller R., Lambertson C., 2011, Assessing Worker
and Environmental Chemical Exposure Risks at an e-Waste Recycling and Disposal
Site in Accra, Ghana, Blacksmith Institute Journal of Health & Pollution Vol. 1, No. 1.
Frazzoli
C., Orisakwe O.E., Dragone R., Mantovani A., 2010, Diagnostic health risk
assessment of electronic waste on the general population in developing
countries' scenarios, Environmental
Impact Assessment Review 30, 388–399
Lertchaiprasert P.,
and Wannapiroon P., 2013., Study of
e-Waste Management with Green ICT in Thai Higher Education Institutions, International
Journal of e-Education, e-Business, e-Management and e-Learning, Vol. 3, No. 3
Leung A.O.
W., Duzgoren-Aydin N.S., Cheung K.C., and
Wong M.H., 2008, Heavy Metals Concentrations of Surface Dust from e-Waste
Recycling and Its Human Health Implications in Southeast China, Environ. Sci.
Technol. XXXX, xxx, 000–000 terdapat di: https://pdfs.semanticscholar.org/284a/155248d064b83a3e274a225001d696f13c2c.pdf (diakses 01
Januari 2017)
Mohan R.A, Chaithanya Sudha M., 2015, E-Waste
Generation and Its Management – A Review, International Journal of Advanced
Technology in Engineering and Science, Vol. No. 3, Special issue No. 01.
Nnorom I.C.,
Osibanjo O., Okechukwu K., Nkwachukwu O., and Chukwuma R.C., 2010, Evaluation
of Heavy Metal Release from the Disposal of Waste Computer Monitors at an Open
Dump, International Journal of Environmental Science and Development, Vol. 1,
No. 3.
Okorhi O.O., Amadi‐Echendu J.E.,
Olubunmi A.H., Otejere J., 2015, Technology
Paradigm For E‐Waste Management in South‐Eastern Nigeria, International Association for Management
of Technology, IAMOT 2015 Conference Proceedings, terdapat pada: http://www.iamot2015.com/2015proceedings/documents/P099.pdf (diakses tanggal
01 Januari 2017).
Omole D. O.,
Tenebe I. T., Emenike C. P., Umoh A. S. dan Badejo A. A., 2015, Causes, Impact
and Management of Electronics Wastes: Case Study of Some Nigerian Communities,
ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, VOL. 10, NO. 18.
Pookkasorn S.,
Sharp A., 2016,The Management of Waste from Electrical and Electronic Equipment
(WEEE) in Bangkok, Thailand, 6th International Conference on Biological, Chemical
& Environmental Sciences (BCES-2016) Pattaya (Thailand), terdapat pada: http://dx.doi.org/10.15242/IICBE.C0816218 (diakses tanggal
02 Januari 2017)
Rimantho, D., and Nasution S.R.,
2016, The Current Status of E-waste Management Practices in DKI Jakarta,
International
Journal of Applied Environmental Sciences,
Volume 11, Number 6, pp. 1451-1468
Robinson
B.H., 2009, E-waste: An assessment of global production and environmental
impacts, Science of the Total Environment 408;183–191
Shah M.A., dan
Batool R., 2015, An Overview of Electronic Waste Management, Practices and Impending
Challenges, International Journal of Computer Applications (0975 –
8887), Volume 125 – No.2.
Shumon R.H., Ahmed
S., Islam T., 2014, Electronic waste: present status and future perspectives of
sustainable management practices in Malaysia, Environ Earth Sci, DOI
10.1007/s12665-014-3129-5
Soroush Y.S., Gholamreza B., Hossein T.A., and Roozbeh H.H., 2012,
E-Waste Toxicity, Expulsion and its Status in IRAN: A Review, International
Research Journal of Biological Sciences, Vol. 1(7), 61-64.
Sothun C., 2012,
Situation of e-waste management in Cambodia, The 7th International Conference
on Waste Management and Technology, Procedia Environmental Sciences 16, 535 –
544
Sthiannopkao S.,
Wong M.H., 2013, Handling e-waste in developed and developing countries:
Initiatives, practices, and consequences, Science of the Total Environment
463–464; 1147–1153
Tiep H.S., Yoon
Kin T.D., Ahmed E.M., and Teck L.C., 2015, E-Waste Management Practices of
Households in Melaka, International Journal of Environmental Science and
Development, Vol. 6, No. 11, November 2015
Vetrivel P., and
Devi P.K., 2012, A Focus on E-Waste:
Effects on Environment and Human Health, International Journal of Novel
Trends in Pharmaceutical Sciences, Volume 2; Number 1.
Wang J., and Guo
X., 2006, Impact of Electronic Wastes
Recycling on Environmental Quality, Biomedical and Environmental
Sciences; 19, 137-142